Kamis, 07 Januari 2016

TUGAS TI (REVIEW JURNAL)


TUGAS REVIEW JURNAL
MATA KULIAH TEKNOLOGI INFORMASI 
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015



Oleh :
Sefti Wulanningrum              26010214130068




Judul              : Analisa Kesesuaian Lahan Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu Sebagai Lahan Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) Pada Keramba Jaring Apung Dengan Menggunakan Aplikasi SIG
Penulis             : Abdul Ghani, Agus Hartoko, Restiana Wisnu
Tahun              : 2015
Jurnal              : Journal Of Aquaculture Management And Technology
Vol dan Hlm    : Vol 4 No.1 Hlm 54-61
LINK JURNAL

PENDAHULUAN
Jurnal ini membahas mengenai penganalisaan kesesuaian lahan perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu sebagai lahan budidaya ikan kerapu (Epinephelus sp.) yang dilakukan pada keramba jaring apung dengan menggunakan aplikasi SIG.  Jurnal ini menjelasakan ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan salah satu spesies unggulan yang mempuyai nilai ekonomis penting dan komoditas ekspor dalam pengembangan budidaya laut di Indonesia dimana jika dalam keadaan hidup akan mempunyai harga hampir 5 kali lipat lebih mahal dibandingkan dalam keaadaan mati/dibekukan. Menurut Triana (2010) bahwa Epinephelus  spp. (ikan kerapu) dikenal dengan “groupers”, hidupnya soliter, di alam memangsa ikan dan krustase  dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di pasar domestik maupun pasar internasional, selain itu nilai jualnya cukup tinggi.
Budidaya ikan kerapu umumnya dilakukan pada karamba jaring apung (KJA) yang berada di perairan di lepas pantai. Kegiatan budidaya laut tidak lepas dari penentuan lokasi yang sesuai bagi organisme yang akan dikultur, tetapi pada kenyataannya penentuan lokasi dan pengembangan budidaya lebih berdasarkan feeling atau trial error sehingga bisa menyebabkan pengengembangan budidaya laut tidak berjalan dengan optimal dan dapat berdampak pada kelestarian lingkungan. Kurangnya data dan informasi mengenai karakteristik perairan yang akan dijadikan sebagai lahan budidaya laut menyebabkan pemanfaatan lokasi tersebut tidak tepat. Menurut Radiarta et al., (2005), bahwa salah  satu  kegiatan  budidaya  laut  yang  populer  untuk dikembangkan adalah penggunaan keramba jaring apung (KJA).  Pemilihan lokasi  KJA  yang tepat merupakan hal yang sangat menentukan, mengingat kegagalan  dalam pemilihan lokasi akan berakibat resiko yang permanen dalam kegiatan produksi.
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi adalah kondisi teknis yang terdiri dari parameter fisik, kimia dan biologi dan non teknis yang berupa pangsa pasar, keamanan dan sumberdaya manusia. Perkembangan teknologi pemetaan merupakan salah satu pilihan dalam penentuan lokasi budidaya yang digunakan untuk menggambarkan lokasi bagi pengembangan budidaya laut yang dipadukan dengan parameter ekosistem perairan.

METODOLOGI
Penelitian pada jurnal ini dilakukan di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta yang selama lima bulan, dimulai pada 16 April 2014 sampai 27 Agustus 2014. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Tahapan dalam kegiatan metode penelitiaan adalah  1). Tahap pengumpulan data yaitu dengan penentuan sampling yang dilakukan secara purposive dan penentuan koordinat pengambilan  dan 2). Tahap analisis data terdiri dari tahapan pembuatan kontur dan pemodelan spatial, dengan penurunan parameter fisika, kimia dan biologi yang didasari pada model geo-statistik. model geo-statistik digunakan sebagai bentuk pemetaan permukaan bumi (biotik dan abiotik) melalui aplikasi statistic. tingkat kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu kelas S1 : sangat sesuai, kelas S2 : sesuai, kelas S3 : sesuai bersyarat dan kelas n : tidak sesuai.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan analisis secara spasial (keruangan) yang dapat memadukan beberapa data dan informasi tentang budidaya perikanan dalam bentuk lapisan (layer) yang nantinya dapat ditumpang lapiskan (overlay) pada data yang lain, sehingga menghasilkan suatu keluaran baru dalam bentuk peta tematik yang mempunyai tingkat efisiensi dan akurasi yang cukup tinggi yang merupakan salah satu pilihan dalam penentuan lokasi ideal untuk pengembangan budidaya laut, khususnya ikan kerapu. Penentuan lokasi untuk pengembangan budidaya ikan kerapu dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, terutama yang dapat dipantau dengan menggunakan satelit penginderaan jauh. Pemantauan dengan satelit penginderaan jauh ini diharapkan mampu memberikan informasi awal terkait penentuan lokasi budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung. Menurut Adnyana dan Abd. Rahman (2012), bahwa SIG  adalah  suatu  sistem  informasi  yang dapat  memadukan  antara  data  grafis  (spasial) dengan  data  teks  (atribut)  objek  yang dihubungkan  secara  geografis  di  bumi (georeference).
Hasil pengukuran rata-rata kecepatan arus, salinitas, kedalaman, kecerahan, di perairan Pulau Pari masih berada pada nilai yang dianjurkan, walaupun bukan pada kisaran yang ideal yaitu kecepatan arus berkisar antara 3,0 – 4,7 m/s, suhu 29oC – 30oC, salinitas 31,9 – 33,7 ppt, DO 7,0 – 8,1 mg/L, kecerahan 7,5 – 9,0 m, kedalaman 20 – 30 m. Kecepatan arus yang terlalu besar tidak baik untuk lokasi budidaya sebab dapat merusak media yang digunakan pada kegiatan budidaya. Kedalaman merupakan faktor yang berperan dalam penentuan desain kontruksi keramba baik jaring apung maupun keramba jaring tancap dan sebagai variabel pembatas. Menurut Chua dan Teng (1978), kualitas perairan yang optimaluntuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti suhu berkisar antara 24 - 31ºC, salinitas antara 30-33 ppt, oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH berkisar antara 7,8 - 8,0.
Berdasarkan total skor yang digunakan untuk penilaian kesesuaian perairan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu diperoleh tujuh stasiun yaitu stasiun I – stasiun VII termasuk pada kategori S2, sedangkan kedua stasiun lainnya yaitu stasiun VIII dan stasiun IX termasuk dalam kategori S3. Oleh sebab itu untuk lokasi budidaya ikan kerapu pada keramba jaring apung lebih diutamakan yang menghadap ke Pulau Pari karena lokasinya lebih terlindung, bukan jalur pelayaran dan termasuk dalam kelas kesesuaian sesuai. Suatu perairan yang terlindung untuk kawasan budidaya ikan kerapu sistem keramba jaring apung berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha budidaya.

KESIMPULAN
Kesimpulan pada jurnal ini adalah perairan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu diperoleh tujuh stasiun yaitu stasiun I – stasiun VII masuk pada kategori S2, sedangkan kedua stasiun lainnya yaitu stasiun VIII dan stasiun IX dalam kategori S3 dan lokasi yang paling sesuai untuk budidaya ikan kerapu terletak di sebelah tenggara dibandingkan dengan lokasi yang letaknya dekat dengan daratan maupun yang langsung berhadapan dengan perairan terbuka.


DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Wayan Sandi., Dan Abd. Rahman As-Syakur. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (Sig) Berbasis Data Raster Untuk Pengkelasan Kemampuan Lahan Di Provinsi Bali Dengan Metode Nilai Piksel Pembeda. J. Manusia Dan Lingkungan 19(1) : 21 – 29.

Chua, T. E. And Teng, S. K. 1978. Effects Of Feeding Frequency On The Growth Of Young Estuary Grouper, Epinephelus Tauvinaforskal, Culture In Floating Net Cages, Aquaculture(14) P.31 – 47.


Radiarta, I.N., A. Saputra, B. Priono. 2005. Identifikasi  kelayakan lahan budidaya ikan dalam keramba jaring apung dengan  apikasi  sistem  informasi  geografis  di  Teluk  Pangpang,  Jawa  Timur. Jurnal  Penelitian  Perikanan Indonesia, 11(5):1-13.
Triana SH. 2010.Analisis Fragmen DNA Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Tahan dan Rentan terhadap Bakteri  Vibrio alginolyticus. Jurnal ILMU DASAR, Vol. 11 No.1: 8-16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar